Tortila Rumput Laut

Indonesia merupakan negara penghasil jagung terbesar di Asia Tenggara dan nomor tujuh di dunia dengan produksi 3 juta ton setiap tahunnya (Surjanta, 1977). Daerah penghasil jagung terbesar di Indonesia adalah Pulau Jawa dan Madura, dengan produksi kurang lebih 2 juta ton per tahun (Biro Pusat Statistik, 1982). Di Indonesia, jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi, sedangkan di tingkat dunia jagung merupakan bahan makanan pokok peringkat ketiga setelah padi dan gandum. Selama ini jagung lokal banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, padahal dilihat dari nutrisinya jagung lokal cukup potensial sebagai diversifikasi produk olahan pangan. Apalagi, potensi jagung lokal di Desa Pendowoharjo (lokasi kegiatan) mencapai 248.435 ton setiap tahunnya.

Jagung adalah salah satu sumber karbohidrat dan dapat menggantikan beras sebab jagung memiliki kalori (320 kal) yang hampir sama dengan kalori padi yaitu 350 kal (Anonim, 1993). Selama ini jagung lebih banyak dikonsumsi sebagai jagung rebus atau jagung bakar, dan di daerah pedesaan lebih dikenal produk olahan basah dari jagung seperti grontol dan jenang jagung yang daya simpannya relatif pendek. Untuk itu perlu upaya inovatif dalam menciptakan produk makanan dari jagung yang lebih menarik bentuk dan cara penyajiannya terutama produk olahan kering sehingga daya tahannya lebih lama. Inovasi yang kami lakukan adalah mengkombinasikan pengolahan jagung dengan bahan pangan lain guna mendapatkan makanan lokal unggul dalam hal ini adalah rumput laut yang merupakan potensi lokal pantai selatan Yogyakarta.

Menurut penelitian Jati (1996), di Pantai Selatan Yogyakarta terdapat 24 spesies rumput laut yang tumbuh subur di Pesisir Gunungkidul, diantaranya adalah Gelidium sp., Gracilaria sp., dan Gigartina sp. Rumput laut tersebut hingga kini belum dijadikan produk olahan, tetapi hanya sebatas menjadi komoditas perdagangan rumput laut kering karena keterbatasan teknologi pascapanen serta kesulitan dalam kegiatan pengolahan rumput laut. Data Departemen Kelautan dan Perikanan (2003), menyatakan bahwa daerah Yogyakarta dan Pacitan merupakan daerah potensial penghasil rumput laut Gelidium sp. dengan produksi antara 120-180 ton/tahun, Gracilaria sp. antara 30-50 ton/tahun, dan Gigartina sp. antara 20-30 ton/tahun. Sampai saat ini rumput laut tersebut diperdagangkan dalam bentuk kering dengan harga yang sangat murah yaitu Rp 2.000,00/kg. Untuk itu diperlukan pengembangan produk dari rumput laut dengan tujuan meningkatkan daya terima masyarakat, penggunaan, nilai ekonomis, serta menggali unsur kewirausahaan dari komoditas yang belum diusahakan tersebut.

Pos ini dipublikasikan di Rumput Laut dan tag , , . Tandai permalink.

16 Balasan ke Tortila Rumput Laut

  1. one08 berkata:

    xixixi…!!! chips legendaris! :mrgreen:

  2. hadiyanta berkata:

    juooosssss

  3. gaplek mania berkata:

    wah.kok jadi laper.
    nyicipin boleh?
    sekardus aja

  4. bejo berkata:

    Buat buka puasa segerrr nih…

  5. warung DOHC berkata:

    wahhh gurihh ketoki iki mas yummi πŸ™‚

  6. bledug balap berkata:

    Kriukkk…kriiiuuuukkkk…..

    (waderrrrr)

  7. ridertua berkata:

    plus ongkir piro kuwi mas πŸ˜†

  8. rie wolfy berkata:

    klo mau ikutan bisnis gmn bro cranya bro..mhon pencerahan..

  9. ipanase berkata:

    rung tau πŸ˜€

  10. Fendi haris berkata:

    semoga dengan budidaya rumputlauu ini dapat mengatasi solusi di masyarakat setempat,,

  11. Asri berkata:

    share cara bikinnya juga dong….makasi πŸ™‚

  12. Istanamurah berkata:

    jagung juga merupakan pengganti sumber karbohidrat yang sangat tepat untuk dikonsumsi,

  13. Maxgrosir berkata:

    memang rumput laut selain meyehatkan kalo djadikan dan dicampur dalam sop buah enak banget lagi!

Tinggalkan Balasan ke hadiyanta Batalkan balasan